Daoer Oelang, Dalam pergaulan kita sering menjumpai teman-teman kita bercanda, terkadang sampai kelewatan dengan mengeluarkan angin yang berbau tak sedap di hadapan kita. Dan hampir semua orang pernah mengalami atau melakukan kegiatan ini : membuang gas lewat pintu belakang alias kentut.

Kebiasaan membuang gas sembarangan membuat pelakunya sering diolok-olok. Obrolan yang semula asyik bisa langsung buyar, ketika terdengar suara kentut. Tak hanya bunyinya, gas itu juga mengeluarkan bau yang menusuk hidung. Mengapa ada orang buang gas yang berbau dan ada yang tidak berbau?

Kentut sebenarnya merupakan pengeluaran gas yang berlebih dari dalam usus melalui anus. Volume, frekuensi, dan komposisi gas ditentukan beberapa hal. Di antaranya, usia seseorang, faktor keturunan, adanya tekanan jiwa, konsumsi obat-obatan tertentu seperti antibiotik, serta pola makan.

Ada beberapa mekanisme pembentuk gas di dalam usus yang berhubungan dengan buang angin.

  1. Yang pertama adalah karena proses fermentasi bakteri. Pencernaan dan penyerapan makanan berlangsung di usus halus. Makanan yang tak dicerna akan didorong dari usus halus ke usus besar. Nah, sisa makanan itu menjadi makanan bakteri normal, yang memang berada di usus besar. Pada saat itulah terjadi fermentasi dan terbentuklah sejumlah gas. Gas itulah yang keluar dari tubuh dalam bentuk kentut.
  2. Penyebab lain, udara dari luar masuk ke tubuh pada saat porses menelan makanan. Atau efek kebiasaan mengunyah makanan yang kurang benar serta sering makan permen karet.

Karena berbau, kentut sering dianggap mengganggu serta menjadi aktivitas kurang sopan. Tetapi kentut ada yang tidak berbau, ini biasanya terdiri dari oksigen, hydrogen, nitrogen, methane, dan karbondioksida. Bila kentut mengeluarkan bau, sangat mungkin ini disebabkan atau terdapat hidrogen sulfida dan asam lemak rantai pendek. Kadar bahan tambahan tersebut memang tidak banyak. Bau gas akan lebih menusuk hidung kalau makanan yang dikonsumsi berbau tajam. Misalnya petai, dan makanan yang mengandung protein dan lemak tinggi.

Ada beberapa cara agar tak selalu sering buang angin. Yakni, memperbaiki cara mengunyah makanan. Harus dipastikan makanan tersebut hancur, baru ditelan. Tindakan ini bermanfaat agar pencernaan di usus halus berjalan optimal. Jadi, sisa kotoran yang berada di usus besar betul-betul hanya ampasnya dan produksi anginnya bisa kita minimalisir.

0 komentar:

Posting Komentar