Daoer Oelang, Dalam budaya kita, keberhasilan atau sukses itu sangat dihargai, bahkan dapat dikatakan bahwa masyarakat kita sekarang sangat berorientasi pada keberhasilan. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa setiap hari anak-anak merasa bahwa mereka tidak dapat meloloskan diri dari tekanan untuk berhasil. Tekanan itu berasal dari berbagai sumber antara lain dari orangtua, guru , teman-teman sebayanya, malah juga televisi dan media cetak dan elektronik lainnya yang menjunjung tinggi untuk ditiru orang-orang yang berhasil yang tidak terhitung banyaknya dalam bidang olahraga, panggung hiburan, politik, dan dunia usaha.

Tetapi dari segala sumber itu, sumber yang paling besar pengaruhnya adalah orangtua. Apa yang orangtua sampaikan kepada anak tentang pentingnya keberhasilan itu akan banyak menentukan apakah anak akan mekar atau rebah dalam proses bertumbuh menuju keberhasilan atau sukses itu.

Yang terpenting dan yang menjadi kunci ialah bagaimana menolong anak merumuskan apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan keberhasilan itu. Baik anak laki-laki atau perempuan perlu mengetahui dengan jelas perumusan lain definisi yang diberikan oleh dunia kita terutama tentang tentang uang, popularitas, ataupun kekuasaan. Kita harus mendorong anak-anak untuk dapat melihat bahwa keberhasilan yang sejati dalam kehidupan ini ialah melaksanakan dengan sempurna kehendak Allah. Kita akan berhasil sebagai orangtua jika kita dapat menolong anak-anak kita untuk menemukan atau mendapatkan perasaan diri berharga dan identitas dirinya karena ia “berhasil” dalam pandangan mata Allah. Bukankah kita diciptakan oleh Allah hanya untuk beribadah kepadaNya?

Dalam kerangka sasaran yang besar dan menyeluruh kita juga harus menolong anak-anak kita untuk dapat meraih “keberhasilkan-keberhasilan” atau sukses-sukses kecil yang merupakan komponen-komponen bangunan yang akan membentuk suatu kehidupan yang berhasil. Pada waktu dalam diri mereka terbentuk suatu pola tentang keberhasilan yang sudah dicapainya dengan jalan menyelesaikan tugas-tugas, menguasai suatu macam ketrampilan, dan berhasil memiliki sifat-sifat yang baik, mereka akan mendapatkan perasaan mampu dan yakin akan diri sendiri yang justru mereka butuhkan untuk dapat menangani usaha-usaha besar yang sedang menunggu.

Prinsip penting yang dapat dijadikan pedoman adalah kita harus membedakan secara cermat antara kebutuhan diri kita untuk merasa berhasil dengan keinginan anak. Kita harus memberi kesempatan yang banyak pada anak untuk berhasil dengan menyesuaikan dengan temperamennya, kemampuannya dan keterbatasan yang ada padanya sekarang ini. Pujian dan hukuman memang bermanfaat, tetapi pemberian semangat lebih baik lagi. Pemberian semangat secara konsisten akan membangun diri anak. Kita dapat memusatkan perhatian pada masalah harga diri anak, walaupun mungkin ia belum berhasil mencapai sesuatu yang istimewa.

Kita harus memberikan dorongan pada anak untuk menikmati dan mengungkapkan perasaan senang yang timbul karena ia berhasil dalam sesuatu (perasaan sukacita, keinginan yang terpenuhi, perasaan puas, kepercayaan terhadap diri sendiri). Untuk memberi motivasi kepada anak, janganlah mengikutsertakan nada ancaman bahwa ia akan gagal (misal : “Jika kamu tidak mendapat angka-angka yang baik, kamu tidak akan dapat mencapai apa-apa dalam kehidupan ini”). Ancaman semacam ini malah akan menjadi mala petaka buat anak di kemudian hari, karena kata-kata orangtua yang dilontarkan kepada anak sama dengan doa.

Selain itu kita juga harus menolong anak untuk dapat berhasil dengan caranya sendiri yang unik. Kita anak-anak sesuai dengan pembawaan masing-masing yang berbeda-beda, biarkan perbedaan yang ada di antara kakak beradik, jangan menuntut agar yang satu mengikuti jejak yang lainnya.

Hal lain yang perlu diperhatikan, bahwa di dalam diri setiap anak sudah dengan sendirinya tertanam dorongan untuk ingin berhasil. Hanya anak yang mengalami patah semangat yang parah yang tidak mau mencoba menyenangkan hati orangtua, para guru, dan Allah. Tetapi kelemahan semangat dapat dihindari dengan menolong anak-anak untuk memandang diri mereka sebagai pribadi-pribadi yang berharga yang diciptakan secara khas oleh Allah yang mengasihi mereka.

Kita harus menjadi teladan dari nilai-nilai keberhasilan yang kita ajarkan. Apakah di dalam kehidupan kita sendiri kita sudah merumuskan apa itu keberhasilan? Dan apakah kita sudah berhasil mencapainya? Kita harus membina hubungan yang cukup ertat dengan anak supaya ia dapat ikut serta merasakan keberhasilan kita dan juga kegagalan kita. Di atas semuanya itu, kita harus ingat bahwa kehidupan yang berhasil itu suatu proses dan bukan suatu produk.

0 komentar:

Posting Komentar