Daoer Oelang, Umumnya jika anak sekolah mendengar berita ada bocoran soal dalam menghadapi Ujian Nasional tentu mereka akan berbondong-bondong berebut untuk mendapatkannya, mempelajari dan mengerjakannya. Bahkan mereka rela mengeluarkan uang dalam jumlah besar demi kesuksesan menempuh Ujian Nasional tersebut. Meskipun terkadang mereka terkecoh bahwa bocoran soal yang diujikan yang mereka dapat bukanlah soal yang diujikan sebenarnya.

Dalam mengarungi kehidupan keagamaan (Islam) sebenarnya kita juga sudah mendapatkan (semacam) bocoran soal ujian. Tetapi tampaknya kita dalam merespon adanya bocoran soal tersebut kurang atau bahkan tidak begitu antusias. Ini terbukti masih banyak orang-orang di sekeliling kita yang tidak mau berebut untuk mendapatkan, mempelajari dan mengerjakan soal bocoran tersebut, padahal bocoran soal yang akan didapatkannya adalah pasti.

Apa bocorannya? Mari kita simak yang berikut ini :
“Yang paling utama dihisab (ditanya) seseorang hamba pada hari kiamat ialah mengenai shalat. Apabila beres shalatnya, beres segala amalnya. Dan jika rusak, maka rusak pula segala amalnya”. (H. R. Thabrany)

Nah sekarang jika kita sudah tahu bocoran soal yang bakal ditanyakan pertama kali di hari kiamat nanti adalah sholat, mengapa kita tidak berlomba-lomba untuk membereskan sholat kita? Beres dalam arti tahu ilmunya sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW, yaitu menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusyu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya. Mari kita introspeksi diri kita masing-masing.

Dahulu, Sewaktu saya masih duduk di bangku SMP, almarhumah nenek sudah berusia 101 tahun (meninggal usia 109 tahun). Melihat usianya yang sudah renta, mungkin Anda mengira jika nenek saya sudah ompong, sakit-sakitan, pikun, dan rewel minta diladeni, seperti nenek-nenek yang lain pada umumnya. Anggapan itu salah besar. Dalam usianya yang mendapatkan super bonus tersebut, nenek justru mempunyai gigi yang masih lengkap, badannya masih kuat, dan satu hal lagi yang paling saya kagumi, nenek masih mau belajar …!!!

Belajar Apa ?

Ya, nenek saya belajar mengerjakan bocoran soal ujian. Belajar Shalat … !!!. Perlu Anda tahu hampir 100 tahun usianya, nenek belum pernah mengenal apalagi mengerjakan shalat. Tetapi dengan hidayah Allah, beberapa tahun menjelang akhir hidupnya beliau bergegas menata diri berusaha untuk meraih apa yang seharusnya beliau bawa sebagai bekal untuk menghadap Sang Khaliq.

Nenek seorang buta huruf, yang merasa kesulitan untuk belajar membaca dan menulis (latin maupun Arab) di usianya yang sudah renta. Tetapi dengan kemauannya yang keras, beliau berusaha untuk mengejar ketertinggalannya dalam mengerjakan bocoran soal yang akan diujikan nanti. Lalu bagaimana caranya ? Dengan “telaten” nenek belajar lewat tuntunan yang diucapkan dan diperagakan seorang guru mengaji yang kemudian dihapalkan dan lalu ditirukannya. Mulai cara bersuci, bacaan shalat, gerakan shalat sampai bacaan dzikir sesudah shalat dan shalat-shalat sunah yang lain.

Maha Suci Allah dan Segala Puji bagiNya, dengan kebesaranNya, nenek dalam kurun waktu tidak lebih dari 1 tahun dengan kegigihannya sudah bisa melaksanakan shalat dengan baik berikut doa-doa dzikir sesudah shalat dengan istiqomah. Inilah yang selalu saya jadikan inspirasi untuk selalu mengajarkan dan mengingatkan anak-anak atau siapa saja yang dekat dengan saya agar selalu belajar-dan belajar, karena menuntut ilmu tidak pandang usia dan harus berkelanjutan.
Uthlubul Ilma Minal Mahdi Ilal Lahdi. Tuntutlah Ilmu dari sejak buaian hingga ke liang lahat ....Semoga bermanfaat.

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS-Thaahaa)

…. dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabuut: 45)

Pemisah di antara kita dan mereka (orang kafir) adalah sholat. Barangsiapa meninggalkannya maka sungguh dia telah kafir. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah).

0 komentar:

Posting Komentar